Agak berseberangan dengan anggapan masyarakat tentang khasiat buah merah untuk menyembuhkan penyakit, paparan hasil penelitian justru belum memberikan bukti yang menggembirakan.
Sejak dua tahun lalu, Desiree Zuraida, 51 tahun, mulai getol mengonsumsi buah merah. Khabar mengenai khasiat buah asal Irian Jaya itu ia peroleh dari pemberitaan di berbagai media. Desiree tergerak untuk mendapatkan minyak buah merah meski harganya mahal. “Sekitar 1,2 juta setiap liternya,” ujar staf pengajar di Fakultas Hukum UI ini. Tapi, benarkah buah merah berkhasiat? Desiree mengatakan, “Ketika timbul gejala flu, saya minum buah merah, nggak jadi sakit.”
Boleh jadi, ada banyak hal mengenai buah merah ini selain yang dilontarkan Desiree. Dan, maraknya pemberitaan mengenai khasiat buah merah menyedot perhatian banyak kalangan, termasuk kalangan akademisi. Salah satunya, adalah Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI yang melakukan serangkaian penelitian mengenai buah merah. Hasilnya, pada Kamis, (29/3) lalu telah dipaparkan di Aula FKUI dalam Seminar Hasil Penelitian Buah Merah.
Efek Antioksidan
Buah merah diduga memiliki khasiat karena mengandung beberapa antioksidan, terutama beta karoten dan alfa tokoferol. Untuk membuktikan dugaan tersebut, salah satu hasil penelitian yang dipaparkan adalah riset mengenai aktivitas antioksidan total buah merah dibandingkan dengan bahan pangan alam lain, yaitu jahe, tomat dan bawang putih. Penelitian yang dilakukan oleh DR. rer.physiol Dr. Septelia Inawati Wanandi, dkk ini menggunakan minyak buah merah merek tertentu yang dijual di pasar. Pada penelitian ini, juga diteliti kandungan fenol untuk tumbuhan tersebut, karena kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan dengan vitamin C, E, dan karotenoid.
Tapi, hasilnya sedikit berlawanan dengan yang banyak dikhabarkan orang. Minyak buah merah memiliki kandungan fenol total maupun aktivitas antioksidan total yang hampir tidak terdeteksi, berbeda dengan jahe, tomat, dan bawang putih.
Penelitian buah merah pun berlanjut untuk membuktikan efek antioksidan minyak buah merah secara in vitro yang dilakukan oleh Dr. Sri Widia A. Jusman, MS, dkk. Penelitian dilakukan pada sel darah merah domba yang diberi stress oksidatif. Sebagai parameter stress oksidatif diukur kandungan malondialdehid (MDA), kandungan senyawa karbonil, pembentukan metHb, dan aktivitas enzim kalase. Kesimpulan dari hasil penelitian juga belum menggembirakan : minyak buah merah tidak melindungi sel darah merah domba yang diberi stress oksidatif.
Efek pada Kanker
Buah merah disinyalir juga dapat mengobati penyakit kanker. Untuk mengetahui khasiat buah merah terhadap kanker, Dr. Parwati Abadi Soekarno, Sp.Biok dkk meneliti efek minyak buah merah pada karsinogenesis hati tikus yang diinduksi dengan 2-asetilaminofluoren (AAF). Kesimpulan yang dilaporkan, efek antioksidan minyak buah merah belum cukup menghambat stress oksidatif dan karsinogenesis hati oleh AAF. Kesimpulan lain adalah pemberian minyak buah merah tidak menginduksi karsinogenesis, tetapi dapat menginisiasi kerusakan sel hati yang mungkin dimediasi oleh stress oksidatif.
Dengan tingginya prevalensi penderita kanker payudara di Indonesia, buah merah juga diteliti untuk mengetahui apakah berkhasiat untuk pengobatan penyakit ini. Maka, diteliti apakah minyak buah merah dapat menghambat pertumbuhan sel tumor pada kelenjar susu mencit C3H. Sayangnya, penelitian yang dilakukan Hening Pujasari, dkk bersama koleganya lagi-lagi memberikan hasil yang bertolak belakang dengan anggapan masyarakat bahwa buah merah dapat digunakan dalam pengobatan kanker. “Pemberian minyak buah merah dapat menghambat laju proliferasi sel tumor kelenjar susu mencit C3H, namun aktivitas apoptosis dan pertumbuhan tumor belum dapat dihambat,” ujar Dra. Puspita Eka Wuyung, MS dalam presentasinya.
Masih dengan menggunakan binatang yang sama, yaitu tikus, maka dilakukan penelitian untuk menguji khasiat buah merah sebagai antiradang. Kali ini penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ninik Mudjihartini, dkk menggunakan tikus Sprague jantan yang diberikan minyak buah merah. Hasil penelitian menunjukkan dosis minyak buah merah 0,231 mL/200 gram berat badan belum mampu menghambat proses radang pada edema kaki dibandingkan dengan pemberian natrium diklofenak. Namun, hasil yang mengembirakan mengenai efek buah merah adalah ketika dilakukan pengukuran jumlah leukosit. Minyak buah merah mampu menekan peningkatan jumlah leukosit sebanding dengan obat yang biasa digunakan sebagai antiradang.
Sessi selanjutnya dari buah merah mencoba mengetahui kemampuan minyak buah merah melindungi hati tikus. Pada percobaan ini, tikus yang digunakan adalah tikus galur Sprague-Dowley yang diracun dengan tetraklorida. “Sifat toksik CCl4 diketahui dapat mengakibatkan kerusakan jaringan hati,” kata Indriati yang memaparkan hasil penelitiannya bersama koleganya. Untuk mengetahui kerusakan hati, dilakukan pengukuran aktivitas GPT (glutamate piruvat transamine) plasma. Sedangkan pengaruh radikal bebas metabolit CCl4 pada lipid hati dinilai dengan mengukur kandungan MDA hati. Dan hasilnya pengamatan terhadap aktivitas GPT plasma dan kandungan MDA jaringan hati, minyak buah merah ternyata dapat memberi perlindungan pada hati.
Efek terhadap Imunitas
Sejumlah orang di masyarakat mengonsumsi buah merah untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Siti Rachmawati Achyat, SSi, dkk memaparkan penelitian tentang efek buah merah terhadap imunitas humoral. Biatang percobaan yang digunakan untuk melihat pengaruh pemberian sari buah merah adalah tikus jantan galur wistar yang diberi imunitas sel darah merah domba. Titer antibody anti-sel darah merah domba diuji secara statistik dengan metode ANOVA satu arah dan uji nyata beda terkecil. “Sari buah merah tidak mempengaruhi imunitas humoral tikus respon antigen sel darah merah domba,” ujar Siti dalam kesimpulannya.
Buah Merah Sebabkan Stres Oksidatif
Penelitian selanjutnya kembali tidak membuktikan gembor-gembor di masyarakat bahwa buah merah memiliki keunggulan ditinjau dari khasiatnya. Buah merah justru dapat bersifat toksik terhadap hati. Dr. Tena Djuartina, M.Biomed, dkk coba mengungkap pemberian minyak buah merah pada hati tikus yang cedera akibat pemberian D-Galaktosamin. Pada penelitian yang dilakukan, tikus dibagi menjadi empat kelompok, yaitu yang diberi air, diberi minyak buah merah, diberi D-galaktosamin, diberi minyak buah merah lalu D-galaktosamin 1 minggu kemudian, diberi minyak buah merah dan D-Galaktosamin secara bersamaan. Dosis minyak buah merah yang digunakan adalah 1mL/kgBB/hari per oral, sedangkan dosis D-galaktosamin 200 mg/KgBB/minggu secara intraperitoneal.
Hasil pengukuran MDA plasma menunjukkan bahwa D-galaktosamin dapat meningkatkan MDA plasma setiap minggu. Hal ini menunjukkan bahwa D-galaktosamin mengakibatkan kerusakan oksidatif molekul lipid. Di lain sisi, hasil MDA jaringan hati menunjukkan bahwa minyak buah merah juga bersifat toksik terhadap hati, sehingga menyebabkan peroksidasi lipid. Terbukti pada kelompok tikus yang diberi D-galaktosamin dan buah merah, hasil MDA plasma lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diberi D-galaktosamin. Hal ini berarti, kerusakan yang diakibatkan menjadi lebih tinggi jika diberikan tambahan minyak buah merah dibandingkan jika hanya diberi D-galaktosamin.
Dari penelitian dengan mengukur berat hati, D-Galaktosamin meningkatkan berat hati secara bermakna, karena D-galaktosamin mempunyai efek merusak hati. Pemberian minyak buah merah juga ternyata meningkatkan berat hati. “Disimpulkan minyak buah merah tidak dapat memberikan perlindungan terhadap sel hati,” ujar Tena.
Dr. Mohammad Sadikin, DSc dalam rangkumannya mengatakan, “Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat efek ekstrak buah merah dengan target penelitian yang lebih rinci.” Dr. Parwati Abadi Soekarno, Sp.Biok di sesi terakhir juga mengatakan bahwa pemakaian jangka panjang untuk buah merah sebaiknya berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar